LSM Siap Laporkan Kasus Kasus Dana Desa Adik Bupati Tubaba
Berpotensi Merugikan Negara Miliaran Rupiah
BANDARLAMPUNG – Kasus
dugaan ketidakberesan dana desa lewat Badan Usaha Milik Tiyuh (BUMT)
Mandiri Bersama program ternak Ayam Kampung Unggulan “MANO-Q” asli
Tulang Bawang Barat (Tubaba) menarik perhatian Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) di Lampung. Mereka pun dalam waktu dekat berjanji
melaporkan permasalahan ini ke aparat penegak hukum. Alasannya kasus
yang melibatkan Chaerullah Ahmad, yang tak lain merupakan adik kandung
Bupati Tubaba, Umar Ahmad berpotensi merugikan negara miliaran rupiah.
“Jika benar terjadi maka kasus dugaan penyimpangan dana desa di Tubaba
ini nilainya paling fantastis. Jangan-jangan se-Indonesia kasus pertama
yang merugikan negara hingga miliaran rupiah dan melibatkan kerabat
kepala daerah,” terang Ketua Komite Pemantau dan Kebijakan Anggaran
Daerah (KPKAD) Lampung, Ghinda Ansori Wayka, S.H., M.H.
Diuraikan Ghinda Ansori, yang juga
merupakan Ketua DPC Gerakan Nasional Anti Narkotika (Granat) Kota Bandar
Lampung, pemerintah pusat mengucurkan dana desa dengan tujuan mulia
mensejahterakan masyarakat dan kemajuan desa. Antara lain melalui
program padat karya. Seperti rehab jalan, onderlagh, lapen, sumur bor
dan pembangunan lainnya. Jadi sangat disayangkan jika dana desa justru
disimpangkan. Effeknya persoalan ini mencoreng citra Provinsi Lampung
dan menjadi cibiran di tingkat nasional. Apalagi kini dana desa menjadi
perhatian khusus pemerintah pusat.
“Bahkan kini muncul statment agar
pengucuran dana desa ditinjau ulang karena rawan di simpangkan. Ini
gara-gara nila setitik rusak susu sebelanga. Parahnya lagi yang terjadi
di Tubaba, dana desa yang diduga berpotensi merugikan negara miliaran
rupiah. Belum lagi ada keterlibatan adik kandung bupati. Jujur ini
membuat citra Lampung hancur dan menjadi perhatian publik,” terangnya.
Untuk itu guna mensikapi persoalan ini,
Ansori berkomitment melaporkan masalah ini secara langsung ke aparat
penegak hukum. Yakni Kepolisian, Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK). Termasuk juga Satuan Tugas Dana Desa Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Harapannya agar kasus
serupa tidak terjadi. Dimana ada kerabat kepala daerah ikut campur
mengelola dana desa.
“Cukup sudah terjadi di Tubaba. Ini
mencoreng citra Provinsi Lampung. Dimana dana desa dikelola adik kandung
bupati. Saya tidak mau terjadi di kabupaten lain. Sebab ini membuat
kita malu. Untuk itu, kami sedang membuat laporan tertulis untuk
disampaikan ke aparat penegak hukum biar mengusut secara tuntas dan
menyeret pihak tertentu guna dimintakan pertanggungjawaban. Saya tidak
mau dana desa di Tubaba seperti barang bancaan,” tegas dia lagi.
Seperti diberitakan sebelumnya Kepala
Kampung (Kakam) atau Tiyuh se- Tubaba diminta tidak takut mengungkap
kasus dugaan ketidakberesan dana desa yang melibatkan Chaerullah Ahmad,
adik kandung Bupati Tubaba, Umar Ahmad. Demikian ditegaskan Ahmad
Muslimin, Ketua Komite Pimpinan Wilayah Partai Rakyat Demokratik (KPW
PRD) Provinsi Lampung.
Menurutnya, pihaknya sudah sering melakukan advokasi dan pendampingan.
Apalagi kepada kaum miskin kota, buruh, petani maupun nelayan yang ada
di Lampung. Karenanya begitu mendengar adanya ketidakberesan penggunaan
dana desa di Tubaba yang kebetulan melibatkan adik kandung bupati
setempat, pihaknya memberikan atensi serius.
“Untuk kasus seperti ini, menurut pengalaman kami biasanya kepala kampung atau tiyuh, atau masyarakat kecil pasti takut dan merasa terintimidasi bila berkata yang sebenarnya. Mereka merasa segan dan terancam bila mengungkap kejadian yang sebenarnya,” tutur Ahmad Muslimin.
“Untuk kasus seperti ini, menurut pengalaman kami biasanya kepala kampung atau tiyuh, atau masyarakat kecil pasti takut dan merasa terintimidasi bila berkata yang sebenarnya. Mereka merasa segan dan terancam bila mengungkap kejadian yang sebenarnya,” tutur Ahmad Muslimin.
Untuk itu, Ahmad Muslimin meminta kepala kampung atau tiyuh atau
masyarakat kecil berani tampil. Ditegaskannya kini pemerintah mengawasi
ketat realisasi dana desa. Sebab selain aparat penegak hukum dan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) RI, pemerintah juga memiliki banyak satgas
pengawasan dana desa. Di samping itu pemerintah melibatkan lembaga
swadaya masyarakat, warga masyarakat, dan media. Bahkan masyarakat pun
bisa melaporkan setiap indikasi penyelewengan dana desa kepada Satgas
Dana Desa di call center 1500040.
“Jadi tidak perlu takut. Bila perlu kami
siap melakukan advokasi dan pendampingan. Zaman sudah berubah. Sudah
bukan masanya lagi main intimidasi. Sampaikan saja bila benar. Kami siap
memback’up sepenuhnya. Termasuk jika ingin melakukan aksi unjuk rasa,
pasti akan kami dampingi dan fasilitasi,” tegasnya.
Kasus ini sendiri pertama kali dibongkar
oleh S. Joko Kuncoro, mantan anggota DPRD Tubaba yang di PAW
(Pergantian Antar Waktu,red) usai mengungkap masalah ini. Menurutnya
program BUMT yang di launching Bupati Umar Ahmad di Tiyuh Penumangan
Baru, Selasa (12/4) tahun lalu dengan target 1 juta ekor ayam pertahun
ini memakai dana desa, gagal. Akibatnya dana desa atau tiyuh se- Tubaba
tidak jelas hingga berpotensi menimbulkan kerugian negara miliaran
rupiah. Sebagai pengelola atau kepala operasional BUMT adalah Chaerullah
Ahmad, adik dari Bupati Tubaba, Umar Ahmad.
Disisi lain, Bupati Tubaba, Umar Ahmad, menyampaikan surat sanggahan
atas pemberitaan terkait BUMT. Dalam suratnya Umar Ahmad menjelaskan
peran Pemda melakukan pembinaan, pemantauan dan evaluasi BUMT sehingga
tidak bisa mengintervensi kepengurusan BUMT. Karenanya sangat tidak etis
jika mengaitkan kepengurusan BUMT dengan urusan pribadi dirinya.
Masalah dana desa Tubaba ini sebelumnya juga mendapat perhatian serius
DPRD setempat. Dewan menyesalkan turut andilnya Chaerullah Ahmad, adik
kandung Bupati Tubaba, Umar Ahmad dalam program ternak Ayam Kampung yang
berpotensi menimbulkan kerugian negara tersebut.
“Karenanya saya mendukung membongkar habis masalah ini. Pihak-pihak yang
terlibat harus dimintakan pertanggungjawabannya,” tegas Ketua Komisi B
DPRD Tubaba, Edison SH., MH., Senin sore (7/8) lalu.
Menurut Edison, dia bersama tokoh masyarakat Tubaba tidak rela jika
pembangunan di kabupaten ini dihancurkan segilintir oknum atau elit
pemerintahan yang hanya berorientasi mencari keuntungan. Namun
mengabaikan kepentingan yang lebih besar mensejahterakan rakyat Tubaba.
Sebab tujuan dulu memekarkan kawasan ini guna menjadi kabupaten dan
daerah otonomi baru (DOB) adalah agar wilayahnya bisa maju dan
masyarakatnya sejahtera.
Tapi yang terjadi seiring pemekaran menjadi kabupaten, hasilnya justru
dinikmati pihak tertentu yang mengabaikan kepentingan dan kesejahteraan
masyarakat Tubaba. Seperti keterlibatan adik Bupati Tubaba, Chaerullah
Ahmad dalam pengelolaan dana desa bernilai miliaran rupiah ini.
“Apa sudah tidak ada lagi orang lain yang memiliki pengalaman. Ini
gara-gara tergiur uang besar, semua diambil alih. Hasilnya bisa ditebak.
Gagal. Untuk itu kami (dewan,red) akan meninjau dan turun kelapangan
memastikannya. Seberapa besar potensi kerugian negara yang timbul,”
tegasnya.
Pada kesempatan ini, anggota dewan dari Fraksi Amanat Nasional (PAN) ini
juga mengajak semua pihak berani bicara benar. Jika memang pemerintahan
berjalan baik, berikan apresiasi. Tapi sebaliknya jika salah, ada
kekeliruan, bahkan mengarah kepenyimpangan, jangan takut mengkritik dan
mengungkapkannya.
“Termasuk wartawan, tulis dan sampaikan yang sesuai kenyataan. Jangan
ada manipulasi. Saya senang bongkar semua bila memang ada penyimpangan
dan praktek yang tidak benar di Tubaba,” pinta dia.
Sebab itu tadi, dirinya tidak rela, banyak tokoh-tokoh Tubaba yang
berjuang dan berdarah-darah menjadikan kabupaten ini sebagai DOB. Tapi
begitu jadi, hanya segilintir oknum dan elit pemerintahan yang menikmati
untuk keuntungan pribadi.(red)
Posting Komentar